Keanehan pada Teluk Hijau di Banyuwangi
Teluk Hijau Banyuwangi - Assalamualaikum sobat. Kali bagaimana kabar anda ? Semoga sehat selalu. Kali ini kami akan membahas tentang Keanehan pada Teluk Hijau yang ada di Banyuwangi. Hal tersebut sebenarnya banyak membuat banyak orang penasaran untuk menelusuri apakah keanehan yang dimaksud itu. Keanehan ini bermula ketika kita sedang berwisata di Teluk Ijo di Banyuwangi. Baiklah tanpa basa basi, berikut Catatan perjalanan kami.
Ada yang bilang keindahan ciptaan Tuhan itu mampu membayar lelah.
Bahkan bagi mereka yang senang berwisata, mungkin rasa lelah tersebut malah
akan tidak ada sama sekali. Beruntung, bagi kita orang Indonesia, keindahan
Tuhan itu bertebaran dimana-mana. Tinggal kita yang harus cerdas dalam memilih
destinasi.
Destinasi kami kali ini adalah Teluk Hijau yang terletak di dalam
kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Desa Sarongan, Kecamatan
Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Teluk Hijau sering disebut "Teluk
Ijo" dalam Bahasa Jawa atau "Green Bay" dalam Bahasa Inggris. Dinamai
demikian karena air laut yang cenderung berwarna hijau. Keindahannya digambarkan
seperti Maya Bay yang terletak di Krabi, Thailand yang banyak dikunjungi
wisatawan itu. Jadi ingin menikmati keindahan sebuah teluk, tidak usah
jauh-jauh pergi ke Thailand, cukup dengan datang ke Banyuwangi anda akan
mendapat keindahan yang setara.
Teluk Hijau ini merupakan salah satu destinasi favorit di Kabupaten
yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini. Pembangunan wisatanya yang terus
menerus berkembang dibawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas ini
menyebabkan banyak objek wisata yang memiliki pemandangan indah namun tidak
terlalu dikenal, kini gencar-gencarnya diperkenalkan kepada dunia luar. Sebelum
tahun 2012, Rata-rata pengunjung yang mengunjungi Teluk Hijau tidak seberapa.
Bahkan, dalam satu hari belum tentu ada yang mengunjungi. Pengunjung saat itu
biasanya dari hotel yang menyediakan paket wisata ke kawasan ini.
![]() |
Ke kiri Wisata Pulau Merah, Jalan Lurus Teluk Hijau |
Jika melakukan perjalanan ke Teluk Hijau menggunakan kendaraan
pribadi, dihimbau untuk melakukan pengecekan terhadap kesiapan kendaraan
seperti rem, ban, mesin, dll, malah jika perlu ganti dengan yang baru karena
medan yang ditempuh nantinya akan sulit. Dari total perjalanan sepanjang 91
kilometer dari Kota Banyuwangi atau 105 kilometer dari Kota Jember terdapat
medan jalan tanah bergelombang dan berbatu sepanjang 20 kilometer an dan medan
jalan gunung yang berkelok-kelok di Gunung Gamping hingga menjelang Perkebunan
Sungailembu.
Saya sendiri baru mengunjungi Teluk Hijau satu kali. Beberapa bulan
lalu, saya dan teman-teman sejumlah 6 orang berangkat ke Teluk Hijau
mengendarai sepeda motor. Dari Kota Banyuwangi perjalanan dimulai pada pukul 9
pagi. Sampai di Jajag pukul 10, itupun dengan kecepatan yang tidak terlalu
tinggi. Dari Jajag perjalanan dilanjutkan menuju ke Pesanggaran yang berjarak
20 kilometer dari Jajag. Perjalanan menuju Jajag ditempuh dalam waktu 30 menit.
Karena saat sampai di Pesanggaran sudah siang, kami memutuskan untuk makan
siang terlebih dahulu. Kami menemukan warung bakso di daerah Siliragung, yang
konon terkenal akan kelezatannya. Setelah makan, kami Shalat Dhuhur di Masjid
Baitussalam Pesanggaran. Perjalanan menuju ke Teluk Hijau dari Pesanggaran
berjarak sekitar 26 kilometer.
Dari Pesanggaran perjalanan dapat ditempuh
melewati persimpangan patung penyu di utara Masjid Baitussalam atau dari Masjid
Baitussalam menuju ke arah selatan hingga mencapai simpang empat Pasar
Pesanggaran kemudian belok kanan. Kedua jalur ini (patung penyu dan simpang
empat pasar) akan bertemu di satu titik persimpangan di dekat Kantor Desa
Sumbermulyo. Dari Desa Sumbermulyo kami melaju hingga melewati desa berikutnya
yakni Desa Sumberagung. Di Desa Sumberagung terdapat pasar dimana anda memiliki
kesempatan terakhir untuk sekedar mengisi bensin atau memeriksa ban anda apakah
kurang tekanan atau mungkin bocor. Karena selanjutnya anda akan melewati medan
gunung berkelok-kelok dan disana amat jarang ada perkampungan penduduk yang
menyebabkan masalah yang mungkin terjadi lebih sulit ditangani.
Patung Penyu |
Saat memasuki wilayah Perkebunan Sungailembu pengendara harus melewati sebuah pos. Biasanya pada siang hari (pukul 9 hingga pukul 2 siang) palang pintu pos ini dalam keadaan tertutup. Hal ini bertujuan untuk menghentikan dan memeriksa truk-truk pengangkut yang keluar dari kawasan perkebunan, dimana truk-truk tersbut diperiksa untuk mencegah terjadi pencurian hasil kebun. Jadi saat palang pintu pos ditutup, pengendara sepeda motor melewati sebuah di celah yang tidak tertutup palang pintu di depan pos.
Kami pun melewati celah tersebut sembari menyapa penjaga yang bertugas, dan beliau membalas sapaan kami. Perkebunan Sungailembu adalah perkebunan yang menanam tumbuhan karet, kakao (coklat) dan pohon sengon laut. Disepanjang perjalanan anda dapat menemui jejeran pohon karet yang telah disadap, beberapa penyadap karet juga terlihat sibuk bekerja menambah sadapan di pohon untuk memperbanyak keluarnya getah yang nantinya dipanen. Keunikan tumbuhan karet di kawasan ini adalah arah tumbuhnya yang miring, hal ini disebabkan oleh ditanamnya pohon di daerah perbukitan sehingga pohon karet tumbuh ke arah yang mendapat sinar matahari lebih banyak yakni ke arah lembah yang menurun. Di blok coklat, kesibukan juga terjadi. Banyak karyawan perkebunan yang bekerja mengeluarkan biji-biji kakao dari buahnya.
Kondisi jalan semenjak dari pos masih baik, beraspal hotmix hingga
tiba di sebuah makam. Dari makam tersebut kondisi jalan berubah drastis menjadi
bergelombang karena tergerus air saat hujan dan berbatu, batu-batu ini berasal dari sisa aspal jalan
yang telah rusak. Setelah beberapa kilometer dari jalan rusak tersebut,
pengendara akan bertemu persimpangan dengan sebuah tugu bertuliskan Desa
Kandangan, anda dapat memilih dua jalur yang tersedia yakni melewati Desa
Kandangan atau melewati Perkebunan Sumberjambe. Jika melewati Desa Kandangan,
anda akan melewati pemukiman warga, dimana jika anda mungkin kehabisan bensin
akan mudah menemukan kios jika melewati jalur ini. Sedangkan jika melewati
jalur Perkebunan Sumberjambe perjalanan, jarak tempuh akan lebih pendek, namun
tidak adanya perkampungan warga sekali lagi akan menyulitkan jika terjadi
masalah. Kedua jalur ini akan bertemu di persimpangan di Pasar Sarongan.
Dari Pasar Sarongan, kami melewati desa terakhir sebelum tiba di Teluk
Hijau. Setelah melewati desa kami tiba di pos pemeriksaan Taman Nasional Meru
Betiri. Disini pengunjung diharuskan membayar tiket masuk. Kemudian perjalanan
dilanjutkan melewati Pantai Rajegwesi. Dari Pantai Rajegwesi, perjalanan dapat
dilanjutkan dengan melalui jalur darat dengan terus mengikuti jalan yang
berbatu dan berkelok-kelok atau menyewa perahu menuju ke Teluk Hijau. Dengan
menyewa perahu perjalanan ke Teluk Hijau ditempuh dalam waktu 15 menit, namun
karena ombak pantai selatan yang terkenal besar, anda akan tiba di Teluk Hijau
dalam keadaan basah kuyup. Saya dan teman-teman memilih melewati jalur darat
melewati jalan berbatu dan berkelok-kelok. Hati-hati untuk pengendara jika
tidak memiliki skill berkendara yang mumpuni harap tidak mencoba jalur ini
karena jika ceroboh dapat terperosok ke jurang.
![]() |
Teluk Damai, Sebelum Teluk Hijau |
Kemudian kami sampai di area parker yang berada di kawasan Teluk
Damai. Di Teluk Damai ini pemandangan tidak kalah indah karena anda akan
disuguhi pemandangan teluk dari atas, dari sini Teluk Hijau bisa terlihat di
bawah sana. Di area parkir ini pengendara harus membayar lagi untuk bea parkir,
selain itu di area parkir ini terdapat penjual minuman dingin. Perjalanan
dilanjutkan dengan berjalan kaki menaiki jalur bukit setapak yang naik sebentar
lalu turun, medan yang dilalui akan cukup sulit sehingga disediakan tali
tambang di pinggir jalur untuk memudahkan pengunjung. Setelah turun dari bukit
maka anda akan tiba di sebuah pantai yang berbatu-batu dengan sedikit pasir,
sebuah papan bertuliskan "Pantai Batu (Stone Seashore)" tertancap di
pantai ini menunjukkan namanya. Dari Pantai Batu ini hanya diperlukan 300 meter
untuk sampai ke Teluk Hijau.
Sesampainya di Teluk Hijau anda akan disuguhi air laut yang relatif
berwarna hijau. Disini anda bisa sekedar berfoto-foto, berjemur ataupun mandi.
Hati-hati jika mandi karena terdapat gugusan karang yang cukup berbahaya dan
ombak yang cukup besar. Biasanya, orang sering berfoto dengan latar belakang
perbukitan hijau yang mengurung teluk atau di papan bertuliskan "Welcome
in the Green Bay, don’t leave anything but footprint, don’t take anything but
picture" (Selamat datang di Teluk Hijau, jangan tinggalkan apapun selain
jejak kaki, jangan ambil apapun kecuali foto) yang menurut saya adalah dua
baris kata yang cukup persuasif untuk menghimbau kita agar mau berperan dalam menjaga
kelestarian dan keasrian alam di pantai ini.
Lalu dimana letak keanehan nya ? Pada saat kami sampai di tempat tujuan, entah mengapa nafsu untuk mengambil kamera dan jeprat jepret suasana langsung menyerang. Aneh sekali. Sebab yang kami butuhkan sebenarnya ialah beristirahat karena telah melakukan perjalanan jauh. Namun nafsu untuk berfoto foto ria serasa tidak tertahankan. Banyangkan, betapa anehnya hal tersebut. ^^
Sekian catatan perjalanan kali ini. Semoga bermanfaat. Wassalam ^^
Post a Comment for "Keanehan pada Teluk Hijau di Banyuwangi"